Dalam dunia penulisan akademik, terutama pada jurnal ilmiah, footnote menjadi elemen penting yang tidak bisa Anda abaikan.
Footnote atau catatan kaki merupakan catatan tambahan yang biasanya ditempatkan di bagian bawah halaman untuk memberikan keterangan, informasi tambahan, atau referensi tanpa mengganggu alur teks utama.
Fungsinya sangat vital untuk menjelaskan sumber rujukan, memperkuat argumen, hingga memberikan informasi tambahan yang relevan.
Artikel ini akan membahas cara membuat footnote dengan detail, mencakup unsur-unsur yang harus ada serta contoh penerapannya. Mari kita mulai!
Table of Contents
TogglePerbedaan Footnote dan Bodynote
Ketika menulis karya akademik, Anda mungkin menemukan istilah footnote dan bodynote. Keduanya memiliki fungsi serupa, yaitu memberikan informasi tambahan atau rujukan, tetapi berbeda dalam cara dan tata letaknya.
Memahami perbedaan tersebut penting untuk menyesuaikan gaya penulisan dengan panduan yang berlaku. Berikut penjelasan singkat mengenai perbedaannya!
1. Tata Letak Penulisannya
Tempatkan Footnote di bagian bawah halaman yang sama dengan teks yang Anda rujuk. Lokasi ini memudahkan pembaca untuk langsung melihat sumber referensi tanpa harus beralih ke halaman lain.
Biasanya diberi nomor superskrip kecil yang terhubung ke catatan di bawah. Tata letak ini sering menjadi format atau aturan dalam jurnal akademik dan karya ilmiah formal. Fungsinya menjaga alur teks tetap rapi tanpa kehilangan detail sumber informasi.
Sementara bodynote, ditulis langsung di dalam paragraf utama, biasanya dalam tanda kurung. Informasi dalam bodynote mencakup nama penulis, tahun publikasi, dan halaman, seperti format APA atau MLA.
Penempatan ini membuat referensi lebih terlihat, tetapi kadang mengganggu alur pembacaan karena menambah teks di tengah paragraf.
2. Cara Penulisannya
Footnote ditulis dalam format yang lebih deskriptif dan formal. Umumnya, meliputi nama lengkap penulis, judul buku atau artikel, penerbit, tahun terbit, serta halaman.
Informasi tambahan yang relevan dapat Anda masukkan di catatan kaki untuk memperjelas sumber. Formatnya tergantung pada gaya penulisan yang Anda gunakan, seperti Chicago Style atau Turabian.
Bodynote lebih ringkas daripada footnote. Penulis hanya mencantumkan nama belakang penulis, tahun, dan halaman dalam tanda kurung, seperti: (Smith, 2020, p. 45).
Cara penulisan ini mengutamakan efisiensi karena hanya memberikan informasi inti, sementara detail lengkapnya dapat Anda cantumkan dalam daftar pustaka di akhir dokumen.
Unsur-unsur yang Ada dalam Footnote
Sebelum belajar cara membuat footnote, Anda perlu tahu apa saja unsur yang harus ada dalam footnote. Yuk, lihat unsur-unsur utama yang harus ada dalam footnote dan cara menuliskannya dengan benar.
1. Nama Penulis
Nama penulis adalah bagian pertama yang Anda sebutkan dalam footnote. Penulisannya dimulai dengan nama depan, diikuti nama belakang secara lengkap.
Jika terdapat lebih dari satu penulis, semua nama perlu Anda cantumkan atau sesuai format yang ditentukan (misalnya “et al.” untuk banyak penulis).
2. Judul Tulisan
Judul tulisan, seperti buku, artikel, atau jurnal, harus Anda tulis secara lengkap. Penulisan judul buku biasanya cetak miring, sementara judul artikel tertulis dalam tanda kutip. Detail ini membantu pembaca memahami sumber informasi dengan mudah.
3. Tahun Terbit
Selanjutnya, ada tahun terbit yang memberikan konteks waktu terhadap referensi yang Anda gunakan dalam artikel jurnal.
Informasi ini menunjukkan relevansi dan keakuratan sumber Anda. Tahun tersebut biasanya ditempatkan setelah judul atau penerbit, tergantung pada format yang Anda gunakan.
4. Nomor Halaman Kutipan
Nomor halaman kutipan menunjukkan lokasi spesifik dari informasi yang Anda rujuk. Penulisannya membantu pembaca untuk langsung menemukan bagian yang relevan dalam sumber tersebut. Angka halaman biasanya diletakkan setelah elemen utama seperti judul dan tahun terbit.
5. Detail Tambahan Sesuai Sumber
Detail tambahan, seperti nama jurnal, volume, dan issue, diperlukan jika sumber berasal dari artikel jurnal.
Formatnya mencakup nama jurnal (cetak miring), volume, issue, dan halaman. Penjelasan ini memberikan informasi spesifik untuk mengidentifikasi sumber akademik yang lebih rinci.
Jenis Kutipan Menggunakan Footnote
Pernahkah Anda merasa bingung dengan gaya kutipan mana yang harus Anda pakai? Yuk, kita bahas jenis-jenis kutipan footnote yang bisa Anda gunakan lengkap dengan tips menjaga konsistensinya agar tulisan Anda terlihat rapi dan profesional.
1. Berbagai Gaya Kutipan Footnote: APA, Chicago, MLA
Sudah tahu gaya mana yang paling cocok untuk bidang studi Anda? Jika belum, coba cek panduan resmi universitas atau jurnal tujuan Anda!
Nah, Anda harus tahu nih kalau setiap gaya kutipan punya keunikannya sendiri. Misalnya, Chicago Style sangat populer untuk penulisan sejarah atau karya ilmiah dengan format footnote yang detail seperti nama penulis, judul, penerbit, tahun, hingga nomor halaman.
APA Style lebih dikenal untuk bodynote, tapi tetap bisa digunakan dalam footnote dengan fokus pada nama dan tahun terbit.
Sementara itu, MLA Style cocok Anda pakai dalam bidang humaniora guna memberikan informasi sederhana yang cukup untuk menemukan sumber.
2. Perhatikan Gaya Penulisan Sesuai Jenis Kutipan
Gaya kutipan itu seperti “dialek” dalam komunikasi akademik. Jika memilih Chicago, bersiaplah untuk menulis catatan kaki yang panjang dan rinci, termasuk penerbit dan lokasi penerbitan.
Kalau menggunakan APA, Anda lebih fokus pada informasi ringkas seperti nama penulis, tahun, dan halaman.
Di sisi lain, MLA bisa dibilang lebih santai dengan hanya menyebutkan elemen-elemen penting dalam tanda kurung atau catatan kaki singkat. Nah, sudah siap menyesuaikan gaya kutipan dengan kebutuhan penulisan Anda?
3. Konsistensi dalam Penggunaan Jenis Kutipan
Tidak ada yang lebih membingungkan pembaca selain kutipan yang bercampur aduk gaya! Jika Anda memilih satu gaya, pastikan semua footnote mengikuti aturan tersebut dari awal hingga akhir.
Misalnya, jangan memulai dengan Chicago lalu tiba-tiba menambahkan gaya APA di tengah tulisan. Konsistensi membuat tulisan Anda lebih profesional dan enak terbaca!
Cara Membuat Footnote
Membuat footnote bukan sekadar menambahkan catatan kaki, ada langkah-langkah yang harus Anda ikuti agar hasilnya rapi dan sesuai aturan.
Jika Anda belum terbiasa, jangan khawatir! Kita akan bahas cara membuat footnote dengan santai dan Anda bisa langsung mempraktekkannya. Siap untuk memulai? Yuk, ikuti panduan berikut!
1. Pastikan Teks Sudah Selesai
Sebelum menambahkan footnote, pastikan paragraf atau kalimat yang akan Anda beri catatan kaki sudah selesai, termasuk tanda titiknya. Footnote hanya digunakan setelah ide atau informasi tertentu selesai Anda jelaskan.
Jika ada revisi pada teks utama, sebaiknya Anda revisi lebih dulu agar footnote tidak perlu Anda iubah berulang kali. Menambahkan footnote di tempat yang tepat akan membuat dokumen Anda terlihat profesional. Sudah cek ulang paragraf Anda? Kalau sudah, lanjut ke langkah berikutnya!
2. Gunakan Fitur Insert Footnote di Word
Membuat footnote lebih mudah dengan fitur bawaan Microsoft Word. Klik tab References pada menu utama, lalu pilih Insert Footnote. Setelah itu, nomor superskrip kecil akan muncul di teks Anda, dan ruang untuk menulis catatan kaki akan otomatis tersedia di bawah halaman.
Ketik sumber referensi Anda sesuai aturan yang berlaku. Praktis, kan? Coba langsung cari fitur ini di dokumen Anda!
3. Sesuaikan Penulisan dengan Jenis Sumber
Cara membuat footnote yang perlu Anda perhatikan adalah dengan memperhatikan jenis sumber. Penulisan footnote berbeda tergantung pada jenis sumber yang Anda gunakan.
Jika mengutip buku, tuliskan nama penulis, judul buku (cetak miring), penerbit, tahun, dan halaman. Untuk jurnal, tambahkan nama jurnal, volume, issue, dan halaman artikel.
Sudah tahu sumber mana yang akan Anda cantumkan? Pastikan penulisannya sesuai gaya kutipan yang Anda pilih.
Kalau sumbernya dari website, sertakan nama penulis (jika ada), judul artikel, URL, dan tanggal akses.
4. Gunakan Op. Cit., Loc. Cit., dan Sebagainya
Jika sumber yang sama Anda gunakan berulang kali, Anda bisa menggunakan istilah seperti op. cit. (untuk merujuk kembali ke sumber yang sudah disebutkan sebelumnya) atau loc. cit. (untuk merujuk ke halaman tertentu dari sumber yang sudah disebutkan).
Istilah-istilah ini membantu mempersingkat catatan kaki sekaligus menjaga konsistensinya. Namun, pastikan penggunaannya sesuai aturan gaya kutipan yang Anda pakai, seperti Chicago Style.
Sudah pernah mencoba istilah-istilah ini? Kalau belum, sekarang waktu yang tepat untuk Anda mulai belajar!
5. Cek Kembali Konsistensi dan Kesalahan Penulisan
Langkah terakhir sebelum menyelesaikan dokumen adalah memeriksa ulang semua footnote Anda. Pastikan format, gaya penulisan, dan urutan nomor footnote sudah benar dan seragam.
Periksa apakah sumber yang Anda masukkan lengkap dan tidak ada kesalahan informasi. Jangan lupa cek detail kecil seperti tanda baca, spasi, atau huruf kapital yang mungkin terlewat. Cek ulang ini akan menyelamatkan Anda dari revisi panjang di kemudian hari!
Maximalkan peluang artikel Anda diterima jurnal! Pelajari cara memenuhi setiap aturan penulisan dan hindari kesalahan yang bisa menggagalkan publikasi dalam artikel berikut:
- Format IMRaD: Meningkatkan Peluang Publikasi Jurnal
- 6 Hal yang Harus Anda perhatikan Sebelum Submit Jurnal, Apa Saja?
- 5 Cara Membuat Pendahuluan Artikel yang Efektif
Contoh Penulisan Footnote
Sekarang Anda sudah tahu cara membuat footnote. Setiap jenis sumber memiliki cara penulisan yang berbeda, tergantung pada format dan gaya kutipan yang digunakan.
Simak contoh penulisan footnote dengan gaya APA, baik untuk sumber dari buku maupun jurnal. Siap memahami perbedaannya? Yuk, kita lihat contohnya!
1. Penulisan Footnote Sumber Buku dengan Style APA
Ketika mengutip dari buku, informasi seperti nama penulis, judul, penerbit, tahun terbit, dan halaman perlu Anda sertakan. Contohnya:
John Smith, Pengantar Psikologi (Jakarta: Penerbit XYZ, 2020), 45.
Penulisannya meliputi nama lengkap penulis, judul buku (cetak miring), kota penerbitan, nama penerbit, tahun terbit, serta nomor halaman spesifik. Penulisan ini membantu pembaca untuk melacak sumber buku yang Anda gunakan dengan mudah.
2. Penulisan Footnote Sumber Jurnal dengan Style APA
Sumber dari jurnal membutuhkan detail tambahan seperti nama jurnal, volume, nomor issue, dan halaman artikel. Contohnya:
Maria Johnson, “Dampak Media Sosial terhadap Kesehatan Mental Remaja,” Jurnal Psikologi Sosial 15, no. 2 (2021): 123-135.
Format ini mencakup nama penulis, judul artikel (dalam tanda kutip), nama jurnal (cetak miring), volume, issue, tahun, dan halaman artikel yang relevan. Jika sumber berasal dari jurnal online, Anda juga dapat menambahkan DOI atau URL untuk akses lebih lanjut.
Nah, sekarang Anda sudah paham kan cara membuat footnote? Dengan memahami cara membuat footnote, Anda kini memiliki bekal untuk menyusun referensi yang tepat dalam tulisan Anda. Ingat, detail kecil seperti footnote bisa sangat mempengaruhi kesan pembaca terhadap kualitas tulisan Anda.
Jika Anda sedang mencari solusi publikasi jurnal ilmiah yang mudah dan terpercaya, Ann Publisher siap membantu! Mari wujudkan impian Anda menjadi penulis jurnal profesional bersama Ann Publisher!